Pernikahan Putri Bungsu Gubernur Sumsel Dihiasi Pengukuhan Gelar Adat Komering

Pernikahan putri bungsu Gubernur Sumsel, Ratu Tenny Leriva, sarat makna budaya dengan pengukuhan gelar adat Komering bagi kedua mempelai.

Pernikahan putri bungsu Gubernur Sumsel, Ratu Tenny Leriva, sarat makna budaya dengan pengukuhan gelar adat Komering bagi kedua mempelai. Foto: dok/Istimewa 

PERNIKAHAN
putri bungsu Gubernur Sumatera Selatan, dr. Hj. Ratu Tenny Leriva, MM, dengan perwira TNI Letda CKM dr. Herfandi Dimas Anugrah, MARS, berlangsung penuh khidmat dan sarat makna budaya.

Dalam prosesi adat yang digelar Jumat (5/9/2025) di Palembang, Ratu Tenny mendapat kehormatan dari masyarakat Komering berupa pengukuhan gelar adat (adok) sebagai “Ratu Indoman Tebuayan”

Gelar tersebut diberikan langsung oleh Lembaga Pembina Adat Kabupaten OKU Timur, diserahkan oleh Bupati OKU Timur, Ir. H. Lanosin, MT, MM, bersama jajaran lembaga adat.

Tak hanya itu, sang mempelai pria, Letda CKM dr. Herfandi Dimas Anugrah, juga dianugerahi gelar adat kehormatan “Perwira Mangku Alam” sebagai simbol doa restu dari masyarakat.

Simbol Restu dan Warisan Budaya

Ketua Lembaga Pembina Adat OKU Timur, H. Leo Budi Rachmadi, menegaskan bahwa gelar adat bukan sekadar simbol, melainkan doa dan penghormatan masyarakat.

“Tradisi ini mengingatkan kita bahwa adat dan budaya adalah jati diri yang harus dijaga dan diwariskan. Adok menjadi penanda bahwa pasangan pengantin memiliki tanggung jawab moral untuk menjunjung nilai budaya Komering,” ujarnya, Sabtu (6/9/2025).

Doa, Pisak’an, dan Koh-koh

Rangkaian prosesi adat semakin syahdu dengan pemberian koh-koh, doa agar rumah tangga kedua mempelai selalu harmonis, damai, dan diridhoi Allah SWT.

Momen istimewa hadir lewat lantunan Pisak’an, sastra tutur khas Komering karya Akamal Mustofa (Raja Bangsawan) yang dibacakan oleh sastrawan muda Deky Zoelkarnaen (Raja Kesuma). 

Dalam bait-baitnya, nama adat Ratu Tenny dipatri sebagai Ratu Indoman Tebuayan, sementara Herfandi disebut sebagai Perwira Mangku Alam.

Pisak’an ini sarat makna filosofi tentang peran, kehormatan, dan harapan besar masyarakat terhadap pasangan pengantin.

Perpaduan Tradisi Komering dan Palembang

Penggunaan adat Komering dalam pernikahan ini tidak lepas dari akar keluarga besar Gubernur Sumsel, H. Herman Deru, yang lahir dari keluarga Komering. 

Ayahnya pernah menjabat Kepala Marga Tanjung Raya, Belitang. Sementara istrinya, Hj. Feby Deru, berasal dari keluarga adat Ogan Ulu dan Lahat.

Selain adat Komering, prosesi pernikahan juga diwarnai tradisi Palembang, seperti pagar adat, cacap-cacapan, hingga nimbang adat. Perpaduan ini menampilkan kekayaan budaya Sumsel yang menyatu dalam satu upacara sakral.

Lebih dari Sekadar Pernikahan

Pengukuhan gelar adat kepada pasangan ini menegaskan bahwa pernikahan bukan sekadar penyatuan dua insan, melainkan juga momentum memperkuat tradisi.

Kehadiran adok Ratu Indoman Tebuayan dan Perwira Mangku Alam menjadi simbol bahwa rumah tangga baru ini diharapkan menjunjung tinggi adat, menjaga keharmonisan, dan menjadi teladan generasi muda Sumatera Selatan. **