Begini Jurus Wartawan Jika Pejabat Menolak Konfirmasi!

Menolak komentar bukan akhir cerita. Begini strategi rahasia jurnalis saat narasumber bungkam, dari trik komunikasi hingga jalur hukum.

Ilustrasi. (*/Mangoci4lawangpost.com)

BAGI
seorang jurnalis profesional, mendapatkan informasi langsung dari narasumber adalah bagian vital dari pekerjaan. 

Namun, tidak semua upaya wawancara berjalan mulus. Ada kalanya narasumber memilih diam, menolak memberi komentar, atau bahkan menghindar sama sekali.

Lalu, apa yang akan dilakukan jurnalis ketika menghadapi situasi seperti ini? 

Ternyata, ada strategi tersendiri yang membuat berita tetap bisa disajikan akurat, kredibel, dan berimbang meski narasumber utama memilih bungkam.

1. Tidak Menyerah di Kontak Pertama

Jurnalis sejati tahu bahwa satu kali mencoba tidak cukup. Jika telepon tidak diangkat, mereka akan mengirim pesan singkat, mencoba menghubungi lewat email, atau bahkan mengatur pertemuan langsung di kantor atau rumah narasumber.

Pendekatan ini dilakukan bukan hanya demi mendapatkan pernyataan, tapi juga memberi kesempatan kepada narasumber untuk menjelaskan versinya. Konsistensi dan kesabaran adalah kunci.

2. Beralih ke Sumber Alternatif

Jika narasumber utama tetap menolak, mencari sumber alternatif adalah langkah berikutnya. 

Bisa dari rekan kerja, juru bicara, saksi mata, atau bahkan ahli yang memahami kasus tersebut.

Dengan sumber alternatif, berita bisa tetap memuat sudut pandang yang beragam sehingga pembaca mendapat gambaran yang utuh. 

Prinsipnya, tidak ada satu pintu tertutup yang menghentikan cerita.

3. Melaporkan Penolakan Itu Sendiri

Penolakan komentar tidak disembunyikan—justru dilaporkan. Misalnya dengan menulis:

“Ketika dimintai tanggapan, [nama narasumber] menolak untuk berkomentar.”
“Kami telah mencoba menghubungi [nama narasumber] untuk klarifikasi, namun hingga berita ini ditulis belum ada jawaban.”

Transparansi seperti ini membangun kepercayaan pembaca. Mereka tahu jurnalis sudah berusaha, meski hasilnya nihil.

4. Menggali Dokumen dan Bukti Tertulis

Jurnalis tidak hanya bergantung pada kata-kata narasumber. Dokumen publik, laporan resmi, catatan rapat, atau arsip pengadilan bisa menjadi sumber berita yang tak kalah kuat.

Contohnya, jika narasumber adalah pejabat publik, jurnalis bisa menelusuri laporan keuangan, dokumen proyek, atau audit resmi. Fakta di atas kertas seringkali berbicara lebih lantang daripada wawancara.

5. Kolaborasi dengan Tim Hukum

Dalam kasus sensitif seperti korupsi atau kejahatan serius, penolakan narasumber bisa jadi indikasi ada sesuatu yang disembunyikan.

Di titik ini, jurnalis mungkin bekerja sama dengan pengacara atau tim investigasi untuk menempuh jalur hukum. 

Misalnya, mengajukan permintaan informasi berdasarkan undang-undang keterbukaan data publik.

6. Menjaga Etika dan Objektivitas

Meski narasumber sulit ditemui, jurnalis tetap memegang teguh kode etik jurnalistik

Tidak membuat spekulasi liar, tidak menghakimi, dan selalu memberi kesempatan untuk klarifikasi—meski ditolak.

Sikap ini memastikan berita yang disajikan tetap objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

7. Menjadikan Penolakan sebagai Bagian Cerita

Kadang, penolakan itu sendiri bisa menjadi inti berita. Misalnya:
"Mengapa seorang pejabat publik memilih diam ketika diminta menjelaskan penggunaan anggaran?"

Pertanyaan ini bisa mengarah pada investigasi yang lebih mendalam dan menggugah rasa penasaran publik.

Menolak memberi komentar bukanlah akhir cerita bagi jurnalis. Sebaliknya, ini menjadi tantangan yang memicu kreativitas dan ketekunan dalam mencari informasi.

Dari mencoba berbagai metode komunikasi, mencari sumber alternatif, menggali dokumen, hingga menempuh jalur hukum, semua dilakukan demi memastikan berita tetap akurat, adil, dan transparan.

Karena pada akhirnya, tugas seorang jurnalis adalah menyajikan kebenaran kepada publik—meski harus melewati pintu yang tertutup rapat. **