Ilustrasi
DI ERA digital saat ini, batas antara siapa yang disebut jurnalis dan siapa yang bukan semakin kabur.
Kemunculan media sosial dan teknologi komunikasi memungkinkan siapa pun untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas hanya dengan bermodalkan ponsel pintar dan akses internet.
Fenomena ini dikenal dengan istilah Citizen Journalism atau jurnalisme warga. Lalu bagaimana perbedaannya dengan jurnalisme media atau jurnalisme konvensional yang dijalankan oleh wartawan profesional?
Artikel ini akan membahas secara mendalam perbedaan, karakteristik, serta contoh nyata dari kedua bentuk jurnalisme tersebut.
Pengertian Citizen Journalism dan Jurnalisme Media
1. Citizen Journalism (Jurnalisme Warga)
Citizen journalism adalah praktik jurnalisme yang dilakukan oleh warga biasa, bukan jurnalis profesional, dalam mengumpulkan, melaporkan, menganalisis, atau menyebarluaskan informasi.
Dalam konsep ini, siapa pun bisa menjadi “wartawan” selama ia menyampaikan fakta kepada publik.
Aktivitas citizen journalism biasanya dilakukan melalui media sosial, blog pribadi, atau platform video seperti YouTube dan TikTok.
2. Jurnalisme Media (Jurnalisme Profesional/Institusional)
Sebaliknya, jurnalisme media merujuk pada proses peliputan dan penyajian informasi yang dilakukan oleh wartawan profesional yang bekerja di bawah naungan lembaga pers seperti surat kabar, stasiun televisi, radio, atau media online.
Proses jurnalistik ini melewati berbagai tahapan mulai dari peliputan, verifikasi fakta, penyuntingan, hingga penerbitan, yang semuanya dikontrol oleh kode etik jurnalistik dan kebijakan redaksional.
Perbedaan Mendasar Citizen Journalism vs Jurnalisme Media
1. Pelaku
-
Citizen Journalism: Siapa saja dari masyarakat umum, tanpa pelatihan jurnalistik formal.
-
Jurnalisme Media: Wartawan profesional yang biasanya memiliki latar belakang pendidikan atau pelatihan jurnalistik serta diakui oleh organisasi media resmi.
2. Proses Produksi Berita
-
Citizen Journalism: Tidak ada struktur redaksional. Informasi bisa langsung dipublikasikan tanpa proses verifikasi atau penyuntingan.
-
Jurnalisme Media: Melibatkan proses editing, fact-checking, dan kurasi konten yang ketat. Biasanya ada editor, copy editor, dan tim hukum yang terlibat.
3. Kode Etik
-
Citizen Journalism: Tidak selalu terikat oleh kode etik jurnalistik. Informasi yang disebarkan bisa bersifat subjektif atau tidak lengkap.
-
Jurnalisme Media: Terikat pada Kode Etik Jurnalistik (misalnya di Indonesia: KEJ Dewan Pers). Harus menjaga prinsip seperti keberimbangan, akurasi, dan tidak mencampurkan opini dengan fakta.
4. Akses dan Distribusi
-
Citizen Journalism: Mengandalkan platform digital seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, TikTok, dan blog.
-
Jurnalisme Media: Menggunakan saluran media resmi seperti media cetak, portal berita daring, radio, dan televisi.
5. Tujuan
-
Citizen Journalism: Umumnya bertujuan menyuarakan opini pribadi, menyampaikan kondisi aktual di sekitarnya, atau bentuk partisipasi publik.
-
Jurnalisme Media: Bertujuan menyampaikan informasi yang akurat, mendalam, dan kredibel kepada publik, serta menjadi kontrol sosial terhadap kekuasaan.
Contoh Citizen Journalism
1. Video Amatir Demonstrasi
Saat terjadi demonstrasi besar di berbagai kota di Indonesia, seperti aksi #ReformasiDikorupsi atau #GejayanMemanggil, banyak warga yang merekam jalannya aksi, bentrokan dengan aparat, hingga kekerasan yang mungkin tidak terekam oleh media mainstream.
Rekaman ini banyak diunggah ke media sosial dan menjadi rujukan publik.
2. Liputan Bencana Alam oleh Warga
Saat bencana gempa Lombok tahun 2018 atau banjir di Jakarta, banyak warga mengunggah kondisi terkini dari lokasi terdampak.
Video-video ini seringkali menjadi informasi pertama yang diterima masyarakat luas bahkan sebelum media besar meliput.
3. Review Tempat atau Layanan Publik
Melalui platform seperti Google Review, TikTok, dan YouTube, banyak warga yang membuat ulasan jujur tentang tempat wisata, pelayanan publik, atau restoran.
Meskipun bukan berita, informasi ini berperan penting dalam membentuk opini publik.
Contoh Jurnalisme Media
1. Investigasi Tempo: “Skandal E-KTP”
Majalah Tempo melakukan investigasi mendalam mengenai korupsi dalam proyek e-KTP yang melibatkan banyak pejabat negara.
Liputan ini didasarkan pada data, wawancara, dan dokumen resmi, serta melewati proses verifikasi yang ketat.
2. Kompas: “Kemiskinan di Papua”
Laporan khusus Kompas tentang kemiskinan di Papua menampilkan laporan lapangan yang mendalam, wawancara dengan tokoh lokal, serta analisis kebijakan pemerintah.
Liputan seperti ini membutuhkan waktu lama dan biaya tinggi.
3. Metro TV atau CNN Indonesia: Liputan Langsung Pemilu
Liputan langsung dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) oleh wartawan profesional yang mengonfirmasi fakta dengan KPU, Bawaslu, dan saksi partai.
Kelebihan dan Kelemahan Keduanya
Citizen Journalism
Kelebihan:
-
Cepat dan langsung dari lapangan.
-
Meningkatkan partisipasi publik dalam proses demokrasi.
-
Bisa menyoroti isu-isu lokal yang luput dari media besar.
Kekurangan:
-
Rentan menyebarkan hoaks atau berita tidak terverifikasi.
-
Kurangnya tanggung jawab hukum atau kode etik.
-
Cenderung subjektif dan bias.
Jurnalisme Media
Kelebihan:
-
Informasi lebih akurat dan terverifikasi.
-
Terikat oleh tanggung jawab hukum dan kode etik jurnalistik.
-
Memiliki sumber daya untuk liputan mendalam dan investigasi.
Kekurangan:
-
Bisa bias terhadap kepentingan pemilik media.
-
Lambat dalam menyampaikan breaking news dibandingkan media sosial.
-
Beberapa isu lokal atau kecil tidak diliput karena dianggap tidak layak berita.
Kolaborasi Keduanya di Era Digital
Meskipun berbeda, jurnalisme warga dan jurnalisme media tidak harus saling bertentangan.
Banyak media profesional saat ini memanfaatkan laporan dari warga sebagai sumber awal berita.
Misalnya, video dari netizen tentang banjir bisa menjadi petunjuk bagi media untuk meliput langsung ke lokasi.
Beberapa platform seperti Kompasiana (Kompas), Mojok.co, dan Detikcom membuka kanal warga untuk menulis dan berbagi informasi.
Kesimpulan
Citizen journalism dan jurnalisme media sama-sama memiliki peran penting dalam membentuk ekosistem informasi yang sehat di masyarakat.
Jurnalisme warga menawarkan kecepatan dan kedekatan dengan realitas lapangan, sementara jurnalisme media memberikan akurasi dan kedalaman.
Di tengah arus informasi yang sangat cepat dan deras seperti sekarang, peran keduanya bisa saling melengkapi—asal tetap berpijak pada prinsip utama jurnalistik: menyampaikan kebenaran kepada publik.**