Satgas MBG Ogan Komering Ilir selidiki dugaan keracunan 80 siswa akibat jeda konsumsi makanan terlalu lama. Sampel dikirim ke Balai POM untuk diteliti.
Satgas MBG Ogan Komering Ilir selidiki dugaan keracunan 80 siswa akibat jeda konsumsi makanan terlalu lama. Sampel dikirim ke Balai POM untuk diteliti. Foto: Istimewa
SATUAN Tugas Makan Bergizi Gratis (MBG) Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) melakukan pemantauan awal terkait dugaan keracunan yang dialami sekitar 80 siswa. Para siswa mengalami gejala pusing, mual, muntah, hingga sakit perut setelah mengonsumsi makanan dari program MBG.
Ketua Satgas MBG OKI, Lubis, mengungkapkan bahwa permasalahan berawal dari jeda waktu konsumsi makanan yang terlalu lama. Makanan yang seharusnya dikonsumsi oleh siswa pada pukul 11.00 WIB, justru baru dimakan pada sore hari.
“Hal ini memicu penurunan kualitas makanan dan diduga menyebabkan gejala gangguan pencernaan pada sejumlah siswa,” ujar Lubis, Rabu (3/8/2025).
Sampel Medis Dikirim ke Balai POM
Untuk memastikan penyebab pasti, pihak Satgas telah mengambil sampel makanan dan mengirimkannya ke Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) guna diteliti lebih lanjut. Langkah ini dilakukan agar kejadian serupa tidak kembali terulang.
“Tujuannya memastikan kejadian serupa tidak terulang, serta memperkuat implementasi petunjuk teknis di lapangan. Pemerintah daerah juga tengah mengevaluasi seluruh sistem distribusi agar lebih efisien dan aman,” jelas Lubis.
Libatkan Guru dan Orang Tua
Selain itu, Lubis mengimbau seluruh pihak, mulai dari kepala sekolah, guru, hingga orang tua siswa, untuk turut serta dalam melakukan pengawasan terhadap distribusi dan konsumsi makanan bergizi. Ia menekankan pentingnya edukasi kesehatan serta kewaspadaan jika terdapat gejala gangguan kesehatan.
“Kami ingin memastikan bahwa program ini benar-benar memberi manfaat, bukan mudarat. Dengan kerja sama semua pihak, kami yakin hal ini dapat diatasi dan menjadi pembelajaran bersama ke depan,” tambahnya.
Program Tetap Penting
Meski terjadi insiden dugaan keracunan, Lubis menegaskan bahwa program MBG tetap penting untuk mendukung tumbuh kembang anak-anak, terutama di daerah tertinggal dan terpencil. Namun, pelaksanaannya harus berlandaskan standar kesehatan dan keamanan pangan yang ketat.
“Program MBG tetap penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, namun pelaksanaan harus sesuai standar kesehatan dan keamanan bagi anak-anak yang mengonsumsi,” tutupnya. **