Polda Sumsel ungkap fakta baru aksi anarkis di Palembang. Sejumlah tersangka mengaku diimingi Rp150 ribu untuk membuat kerusuhan hingga membawa bom molotov.
Polda Sumsel ungkap fakta baru aksi anarkis di Palembang. Sejumlah tersangka mengaku diimingi Rp150 ribu untuk membuat kerusuhan hingga membawa bom molotov.Foto: Istimewa
PENYIDIK Polda Sumsel terus mendalami motif dan aktor intelektual di balik aksi anarkis yang berujung perusakan aset DPRD Sumsel serta pembakaran kendaraan dinas Ditlantas Polda Sumsel pada Minggu (31/8). Sedikit demi sedikit, fakta baru mulai terungkap.
Dirreskrimum Polda Sumsel Kombes Pol Johanes Bangun, didampingi Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Nandang Mukmin Wijaya dan Kasat Reskrim Polrestabes Palembang AKBP Andrie Setiawan, menjelaskan adanya dua klaster aksi berbeda di Palembang.
“Pada Minggu dini hari sekitar pukul 03.00 WIB, terjadi perusakan aset DPRD, pos Ditlantas, hingga pembakaran mobil dinas Ditlantas Polda Sumsel. Saat itu ada 63 orang diamankan, dengan rincian 42 orang diamankan Polda dan 21 orang oleh Polrestabes. Dari jumlah tersebut, 11 orang kami tetapkan sebagai tersangka,” ungkap Johanes, Selasa (3/9/2025).
Dari 11 tersangka, sembilan orang ditangani Ditreskrimum Polda Sumsel dan dua orang lainnya diserahkan ke Ditresnarkoba karena positif menggunakan narkoba.
Penyusup di Aksi Demo
Pada klaster kedua, tim gabungan mengamankan empat penyusup bukan dari kalangan mahasiswa dalam aksi demo Senin (1/9) di kawasan simpang lima dan depan DPRD Sumsel.
“Tiga orang kedapatan membawa senjata tajam, sementara satu orang membawa bom molotov. Ada pengakuan dari tersangka bahwa mereka dijanjikan bayaran Rp150 ribu untuk membuat kerusuhan,” jelas Johanes.
Kasat Reskrim Polrestabes Palembang, AKBP Andrie Setiawan, menambahkan empat orang yang ditangkap bukan mahasiswa. Mereka di antaranya FS (16), pelajar SMK asal Demang Lebar Daun; FA (15), buruh asal Karya Baru; MA (16), buruh asal Lorok Pakjo; serta KFR (21), karyawan swasta asal Silaberanti.
Salah satu dari mereka bahkan mengaku menyiapkan bom molotov untuk dilempar ke kantor DPRD jika terjadi keributan. “Pelaku mempelajari cara membuat bom molotov melalui live streaming di media sosial. Pengakuan terkait iming-iming uang ini masih kami dalami,” tegas Andrie.
Jaga Stabilitas Wilayah
Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Nandang Mukmin Wijaya menegaskan pihaknya bersama TNI dan aparat terkait berkomitmen menjaga stabilitas keamanan di Sumsel.
“Sesuai instruksi Kapolda, selama tujuh hari dilakukan patroli skala besar secara gabungan. Kami mengimbau masyarakat tidak mudah terpancing isu-isu provokatif yang beredar,” katanya.
Polda Sumsel juga masih memburu sejumlah pelaku yang terlibat dalam perusakan maupun pembakaran aset publik, serta mengusut aktor intelektual di balik aksi penyusupan pada demo 1 September. **