Kemenag OKU Timur gelar pembinaan dai dan daiyah untuk memperkuat moderasi beragama serta adaptasi dakwah di era digital, diikuti 81 peserta.
Kemenag OKU Timur gelar pembinaan dai dan daiyah untuk memperkuat moderasi beragama serta adaptasi dakwah di era digital, diikuti 81 peserta. Foto: Kanwil Kemenag Sumsel
KANTOR KEMENTERIAN Agama (Kemenag) Kabupaten OKU Timur melalui Seksi Bimbingan Masyarakat Islam (Bimais) menggelar kegiatan Pembinaan Dai Daiyah bagi Penyuluh Agama Islam, Kamis (21/8/2025).
Acara ini dibuka secara resmi oleh Kepala Kemenag OKU Timur, Abdul Kadir, yang diwakili oleh Kasubbag TU, H. Hasanuddin, S.Pd.I., M.M, serta diikuti 81 peserta yang terdiri dari penyuluh agama Islam dan perwakilan organisasi masyarakat Islam di lingkungan Kemenag OKU Timur.
Sejalan dengan Program Kemenag
Kasi Bimas Islam, H. Sariyono, M.Pd.I., selaku ketua pelaksana, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja Bimas Islam yang sejalan dengan Asta Protas Kementerian Agama.
Salah satunya adalah memperkuat penyuluhan yang berdampak langsung, termasuk menjaga kerukunan umat beragama.
“Tujuan dari pembinaan ini agar dai dan daiyah mampu melaksanakan tugas dengan efektif, profesional, dan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam yang moderat,” jelas Sariyono.
Peran Dai dan Daiyah sebagai Agen Perubahan
Dalam arahannya, Hasanuddin menyampaikan permohonan maaf dari Kepala Kantor yang tidak dapat hadir karena mengikuti kegiatan Sosialisasi Kurikulum Merdeka di Palembang.
Ia menegaskan pentingnya peran dai dan daiyah sebagai agen perubahan dan penjaga nilai moderasi di tengah masyarakat yang semakin terhubung secara digital.
“Bapak ibu sebagai penyuluh agama adalah perpanjangan tangan Kementerian Agama di tingkat kecamatan. Dakwah yang disampaikan harus menyejukkan dan inklusif,” ucapnya.
Untuk memperkuat materi, kegiatan ini juga menghadirkan narasumber dari Kejaksaan Negeri dan Ketua MUI OKU Timur.
Tantangan Dakwah di Era Digital
Hasanuddin menyoroti tantangan dakwah Islam saat ini yang semakin kompleks akibat globalisasi, derasnya arus informasi, hingga keberagaman budaya dan agama.
Menurutnya, pendekatan dakwah harus lebih santun, dialogis, dan relevan dengan perkembangan zaman.
“Kegiatan ini menjadi momen penting untuk memperkuat kapasitas dai dan daiyah sebagai pelita umat di era gempuran teknologi informasi,” tambahnya.
Ia juga mengajak para dai dan daiyah untuk cepat beradaptasi dan memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana dakwah efektif yang mampu menjangkau lebih luas masyarakat.
Harapan untuk Dai Daiyah OKU Timur
Di akhir sambutannya, Hasanuddin berharap dai dan daiyah di OKU Timur dapat menjadi agen pencerahan umat, menyampaikan ajaran Islam yang moderat, serta berkontribusi pada terciptanya masyarakat harmonis dan berkeadilan.
“Saya yakin dai dan daiyah kita mampu menjadi garda terdepan dalam menjaga kerukunan dan keutuhan bangsa. Mari berdakwah dengan hati, merangkul semua,” pungkasnya. **