Opini, Redaksional dan Kolom, Bedanya Apa? Jangan Sampai Keliru! Simak Penjelasannya

Opini, redaksional, dan kolom sering muncul di media. Kenali perbedaannya agar tidak salah paham saat membaca berita atau artikel analisis.

Ilustrasi. (Mangoci4lawangpost.com)

DI ERA 
digital, informasi datang dari segala arah. Bukan hanya berita, media juga menyajikan tulisan non-berita seperti opini, redaksional, dan kolom. 

Ketiganya sering dianggap sama, padahal punya fungsi dan karakter berbeda. 

Mengetahui perbedaan ini penting agar pembaca tidak salah kaprah saat mengonsumsi informasi.

Mari kita kupas satu per satu, dengan gaya ringan namun tetap tajam, supaya Anda bisa langsung memahami.

Apa Itu Tulisan Opini?

Opini adalah ruang di media yang memberi tempat bagi pandangan pribadi. 

Biasanya ditulis oleh akademisi, pakar, tokoh masyarakat, hingga pembaca yang kompeten. 

Tujuannya? Bukan sekadar bercerita, tapi mengajak orang berpikir, melihat isu dari sudut yang berbeda, bahkan terkadang memengaruhi cara pandang publik.

Ciri Khas Tulisan Opini:

  • Subjektif tapi analitis: penulis bebas berpendapat, namun tetap didukung data atau logika.

  • Penulis jelas: nama penulis, bahkan biodata singkat, selalu dicantumkan.

  • Struktur rapi: biasanya dimulai dari tesis, lalu argumen, kemudian ditutup dengan kesimpulan.

  • Isu aktual: opini tidak pernah lepas dari peristiwa terkini.

Contoh Opini di Media

Bayangkan seorang ekonom menulis tentang dampak kebijakan moneter terbaru, atau seorang sosiolog yang mengulas fenomena “flexing” di media sosial. 

Tulisan mereka bukan laporan fakta murni, melainkan pandangan yang bisa memantik diskusi publik.

Redaksional atau Tajuk Rencana: Suara Resmi Media

Kalau opini mewakili suara individu, redaksional atau tajuk rencana adalah suara resmi lembaga media. 

Inilah pandangan kolektif dewan redaksi terhadap isu penting. 

Karena sifatnya institusional, tulisan ini tidak mencantumkan nama penulis.

Ciri Khas Redaksional:

  • Mewakili institusi: pandangan resmi dari redaksi, bukan individu.

  • Tanpa nama: karena ditulis atas nama media.

  • Persuasif: tujuannya membentuk opini publik atau mendorong tindakan.

  • Analisis mendalam: berbasis riset, bukan sekadar opini kosong.

Contoh Tajuk Rencana

Misalnya, tajuk rencana yang mengkritik lemahnya pemberantasan korupsi, atau yang memuji keberhasilan pemerintah dalam program vaksinasi. 

Tulisan ini biasanya muncul setiap hari di surat kabar cetak atau portal berita besar.

Dengan kata lain, redaksional adalah editorial stance, alias posisi resmi media terhadap suatu isu.

Kolom: Ruang Tetap untuk Suara Personal

Berbeda dengan opini yang bisa ditulis siapa saja, kolom adalah rubrik tetap yang diisi oleh seorang kolumnis

Mereka hadir secara rutin, misalnya mingguan atau bulanan, dan memiliki gaya khas yang membuat pembaca menunggu tulisannya.

Ciri Khas Kolom:

  • Penulis tetap: pembaca mengenal siapa kolumnisnya.

  • Gaya personal: bisa santai, humoris, naratif, atau bahkan sarkastik.

  • Topik beragam: mulai dari politik, budaya, gaya hidup, hingga cerita sehari-hari.

  • Hubungan dengan pembaca: kolumnis sering dianggap “teman ngobrol” oleh pembaca setianya.

Contoh Kolom Populer

Kolumnis bisa menulis tentang “susahnya jadi orang tua milenial” atau “review film terbaru.” 

Meski ringan, tulisan ini punya daya tarik karena gaya personal penulisnya. 

Banyak pembaca yang mengikuti media tertentu justru karena suka dengan gaya kolumnis favorit mereka.

Perbandingan Singkat

Agar lebih jelas, berikut rangkuman perbedaan utama antara opini, redaksional, dan kolom:

Jenis Tulisan Penulis Identitas Tujuan Gaya Bahasa Waktu Terbit
Opini Individu (ahli, tokoh, pembaca) Dicantumkan Memberi pandangan pribadi Analitis, argumentatif Tidak tentu, tergantung isu
Redaksional Dewan redaksi (media) Tidak dicantumkan Menyampaikan sikap resmi media Formal, persuasif Rutin (biasanya harian)
Kolom Kolumnis tetap Dicantumkan Pandangan personal rutin Personal, santai, humoris Rutin (mingguan/bulanan)

Mengapa Penting Memahami Perbedaannya?

Bagi pembaca, memahami perbedaan ini bisa menghindarkan kesalahpahaman. 

Banyak orang yang keliru menganggap redaksional sebagai opini individu, padahal itu suara resmi media. 

Begitu juga kolom yang sering dianggap sama dengan opini, padahal punya karakter berbeda.

Bagi media, ketiga jenis tulisan ini penting untuk menjaga keragaman konten

Berita menyajikan fakta, sedangkan opini, redaksional, dan kolom memberikan interpretasi, analisis, serta refleksi personal. 

Kombinasi ini membuat media lebih hidup dan relevan.

Tips untuk Pembaca Cerdas

  1. Cek nama penulis: kalau ada, berarti opini atau kolom. Kalau tidak ada, kemungkinan redaksional.

  2. Perhatikan gaya bahasa: formal analitis cenderung redaksional, santai naratif biasanya kolom, sementara opini lebih argumentatif.

  3. Cermati tujuan: apakah tulisan ingin mengajak berpikir, menyatakan sikap media, atau sekadar berbagi pengalaman?

Dengan tips ini, Anda bisa lebih kritis saat membaca. 

Ingat, media bukan hanya soal berita, tapi juga ruang diskusi publik yang membentuk cara kita melihat dunia.

Opini, redaksional, dan kolom adalah tiga pilar penting dalam dunia jurnalistik non-berita. 

Mereka punya gaya, tujuan, dan fungsi berbeda. 

Opini merefleksikan pandangan personal, redaksional menyuarakan sikap resmi media, sementara kolom memberikan ruang personal yang konsisten bagi kolumnis.

Dengan memahami perbedaannya, kita tidak hanya jadi pembaca pasif, tapi juga bisa menempatkan diri sebagai pembaca kritis yang tahu membedakan fakta, pandangan pribadi, dan sikap resmi media.

Pada akhirnya, ketiga jenis tulisan ini membuat media lebih berwarna, kaya perspektif, dan menjadi ruang publik yang sehat. **