Ngupil Bisa Picu Demensia? Studi Ungkap Jalur Mengejutkan ke Otak

Studi ilmuwan Australia ungkap kebiasaan ngupil berisiko tingkatkan demensia lewat jalur bakteri dari hidung ke otak. Begini penjelasannya.

Ilustrasi. [Mangoci4lawangpost.com]

BAGI
banyak orang, ngupil mungkin hanya dianggap sebagai kebiasaan remeh, bahkan refleks alami saat hidung terasa gatal atau tersumbat. 

Namun, sebuah studi ilmiah terbaru mengungkapkan fakta yang membuat banyak orang terkejut: kebiasaan ngupil ternyata bisa membuka jalan bagi bakteri untuk langsung menyerang otak—dan berpotensi meningkatkan risiko demensia, termasuk penyakit Alzheimer.

Temuan ini datang dari tim ilmuwan Griffith University, Australia, yang mempelajari jalur penyebaran bakteri dari hidung menuju otak pada model tikus. 

Hasilnya bukan hanya menarik secara akademis, tetapi juga memunculkan kekhawatiran baru tentang kesehatan otak kita.

Mengupil dan Kerusakan Jaringan Hidung

Penelitian tersebut berfokus pada satu bakteri khusus: Chlamydia pneumoniae

Bakteri ini biasanya dikenal sebagai pemicu pneumonia pada manusia, tetapi penelitian menunjukkan bahwa ia juga ditemukan di sebagian besar otak penderita demensia.

Kebiasaan mengupil dapat menyebabkan kerusakan pada epitel hidung—lapisan pelindung di dalam rongga hidung. 

Saat lapisan ini rusak, bakteri punya akses lebih mudah untuk masuk ke jaringan yang lebih dalam, termasuk saraf penciuman yang terhubung langsung ke otak.

Kerusakan ini ibarat membuka “pintu belakang” bagi bakteri untuk melewati pertahanan tubuh. 

Begitu masuk ke jalur saraf penciuman, bakteri dapat bergerak cepat menuju pusat kendali tubuh kita.

Jalur Cepat Menuju Otak

Tim peneliti menemukan bahwa dalam waktu 24 hingga 72 jam, bakteri Chlamydia pneumoniae sudah berhasil menguasai sistem saraf pusat tikus uji coba. 

Ini mengindikasikan bahwa hidung bisa menjadi jalur tercepat bagi bakteri dan virus untuk mencapai otak.

"Kami adalah yang pertama menunjukkan bahwa Chlamydia pneumoniae dapat langsung masuk melalui hidung ke otak dan memicu patologi yang mirip penyakit Alzheimer," jelas James St John, ahli saraf dari Griffith University, seperti dikutip Science Alert pada Senin (11/8/2025).

Menurut St John, bukti yang mereka temukan pada tikus “berpotensi menakutkan” jika benar-benar juga terjadi pada manusia.

Respon Otak: Protein Penyebab Alzheimer

Saat otak mendeteksi adanya infeksi bakteri, ia merespons dengan menghasilkan protein amyloid-beta. Protein ini berfungsi sebagai pertahanan alami untuk “menjebak” bakteri dan mengurangi kerusakan. 

Namun, pada saat yang sama, penumpukan protein amyloid-beta dalam jumlah besar akan membentuk plak—dan plak ini merupakan ciri khas otak penderita Alzheimer.

Pada model tikus, infeksi akibat bakteri dari hidung membuat produksi protein amyloid-beta meningkat signifikan. 

Artinya, jalur infeksi ini bisa menjadi salah satu pemicu proses neurodegeneratif yang mengarah pada demensia.

Hubungan Bakteri dengan Demensia

Penelitian sebelumnya sudah menemukan keberadaan Chlamydia pneumoniae di otak manusia penderita Alzheimer. 

Namun, jalur pasti bagaimana bakteri itu sampai ke otak belum pernah dipastikan. 

Studi Griffith University ini menjadi langkah penting dalam menjelaskan kemungkinan jalur tersebut: melalui hidung dan saraf penciuman.

Meski begitu, St John menegaskan bahwa masih dibutuhkan penelitian lanjutan pada manusia untuk memastikan apakah proses yang sama benar-benar terjadi di tubuh kita.

Bukan Berarti Semua Orang yang Ngupil Akan Kena Demensia

Perlu digarisbawahi, temuan ini tidak berarti setiap orang yang ngupil otomatis akan terkena demensia

Faktor risiko demensia dipengaruhi banyak hal—mulai dari genetika, gaya hidup, hingga kesehatan secara keseluruhan.

Namun, jika mengupil menyebabkan luka atau iritasi pada hidung, potensi jalur infeksi memang bisa terbuka. Apalagi jika tangan kotor atau tidak dicuci sebelumnya.

Dengan kata lain, risiko terbesar bukan hanya dari kebiasaan ngupil itu sendiri, tapi dari infeksi yang bisa muncul akibat kebersihan yang buruk.

Tips Mengurangi Risiko

Berdasarkan temuan ini, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan hidung sekaligus meminimalkan risiko infeksi yang mungkin berdampak pada otak:

  1. Hindari mengupil berlebihan
    Jika hidung gatal atau tersumbat, gunakan tisu atau cuci hidung dengan larutan saline, bukan dengan jari.

  2. Jaga kebersihan tangan
    Cuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh area wajah, termasuk hidung.

  3. Rawat luka pada hidung
    Jika bagian dalam hidung terluka atau iritasi, biarkan sembuh dengan menghindari kontak langsung.

  4. Perkuat daya tahan tubuh
    Makan bergizi, cukup tidur, dan rutin olahraga membantu sistem imun melawan infeksi.

  5. Periksa kesehatan hidung dan sinus
    Jika sering mengalami sinusitis atau hidung tersumbat, konsultasikan ke dokter THT.

Penelitian yang Masih Berlanjut

Para ilmuwan kini berencana melakukan studi lanjutan pada manusia.

Tujuannya untuk mengetahui apakah jalur hidung-otak yang ditemukan pada tikus juga bekerja sama pada manusia.

"Kita perlu melakukan studi ini pada manusia dan memastikan apakah jalurnya bekerja dengan cara yang sama," kata St John.

Ia juga menambahkan, penelitian ini sebelumnya hanya diusulkan banyak pihak, namun baru kali ini dilakukan secara sistematis. 

Dan meskipun hasilnya pada tikus cukup jelas, manusia memiliki sistem imun dan anatomi yang lebih kompleks, sehingga kemungkinan hasilnya bisa berbeda.

Mengambil Hikmah dari Temuan Ini

Walaupun penelitian ini belum membuktikan secara pasti bahwa ngupil menyebabkan demensia pada manusia, pesan utamanya jelas: kesehatan otak dan kebersihan diri saling berkaitan.

Kebiasaan kecil seperti mengupil yang sering dianggap sepele ternyata bisa memiliki konsekuensi yang jauh lebih serius jika memicu infeksi tertentu.

Seperti kata pepatah, “Mencegah lebih baik daripada mengobati.” 

Menjaga kebersihan, menghindari luka pada hidung, dan meminimalkan risiko infeksi adalah langkah sederhana yang bisa melindungi otak kita dari ancaman jangka panjang.

Penelitian dari Griffith University membuka mata kita bahwa jalur infeksi bakteri dari hidung ke otak bukan hanya teori, tapi kemungkinan nyata—setidaknya pada model hewan.

Bakteri Chlamydia pneumoniae terbukti mampu masuk melalui saraf penciuman, memicu respon produksi protein amyloid-beta, dan membentuk plak yang mirip dengan otak penderita Alzheimer.

Meski penelitian pada manusia masih diperlukan, temuan ini memberikan alasan kuat untuk lebih peduli pada kebersihan hidung dan mengurangi kebiasaan ngupil yang bisa melukai jaringan di dalamnya.

Siapa sangka, dari kebiasaan kecil seperti ngupil, kita bisa belajar betapa pentingnya melindungi otak dari risiko yang tak terlihat. **