Jalan Khusus Tambang di Sumsel, Solusi Debu dan Macet, Siap Beroperasi 2026!

Wagub Sumsel tinjau jalan khusus tambang di Muara Enim dan Lahat. Solusi mengatasi debu, macet, dan kerusakan jalan negara mulai 2026.

Wakil Gubernur Sumatera Selatan, H. Cik Ujang, didampingi Bupati Muara Enim, Edison, saat minnjau jalan khusus batu bara, Senin (11/7/2025). Foto: Istimewa

ADA
pemandangan berbeda di awal pekan ini. Wakil Gubernur Sumatera Selatan, H. Cik Ujang, didampingi Bupati Muara Enim, Edison, tampak menyusuri jalur panjang yang membentang di antara pepohonan dan lahan tambang. Jalur itu bukan sembarang jalan.

Inilah jalan khusus tambang yang digadang-gadang menjadi solusi permanen untuk mengurangi polusi debu, kemacetan, dan kerusakan jalan negara akibat angkutan tambang batu bara.

Senin (11/08/2025), rombongan memulai peninjauan dari Kecamatan Rawa Kidul, Kabupaten Muara Enim, lalu berakhir di Kecamatan Merapi Timur, Kabupaten Lahat. 

Kedua titik ini adalah jalur vital bagi distribusi hasil tambang batu bara dari lokasi tambang menuju pelabuhan atau titik pengangkutan kereta.

Misi Besar: Angkutan Tambang Tak Lagi Lewat Jalan Negara

Cik Ujang tidak sekadar meninjau. Ia membawa misi yang jelas: merealisasikan instruksi Gubernur Sumsel yang mulai berlaku pada 2026, yaitu melarang mobil angkutan tambang batu bara melintas di jalan negara.

Sesuai instruksi Pak Gubernur, mulai 2026 mobil angkutan dari pertambangan tidak boleh lagi menggunakan jalan negara. Hari ini kita meninjau, dan kita berharap batu bara dari Lahat dan Muara Enim bisa sampai pelabuhan tanpa melewati jalan negara,” tegas Cik Ujang di sela kunjungannya.

Instruksi ini sudah lama dinantikan masyarakat. Selama bertahun-tahun, warga Lahat dan Muara Enim harus hidup berdampingan dengan deru dan debu truk tambang yang melintas hampir setiap hari. 

Selain debu, dampak lain yang sering dikeluhkan adalah kemacetan, jalan berlubang, dan risiko kecelakaan lalu lintas yang meningkat.

Sudah Layak Dilalui

Dari hasil tinjauannya, Cik Ujang memastikan bahwa jalan khusus yang ada saat ini sudah layak digunakan. 

Jalur ini dibangun dengan spesifikasi yang mampu menahan beban kendaraan angkutan tambang yang bisa mencapai puluhan ton.

Jalan ini sudah sangat layak untuk dilalui. Tinggal antara perusahaan tambang bekerja sama dan berkoordinasi. Untuk clear and clean-nya, kita targetkan selesai pada November nanti,” ujar Cik Ujang.

Namun, ia menekankan bahwa operasional penuh jalan khusus ini membutuhkan komitmen semua pihak, terutama perusahaan tambang, untuk mematuhi aturan dan ikut menjaga infrastruktur yang telah dibangun.

Angin Segar bagi Warga

Bagi masyarakat di sekitar jalur tambang, wacana ini adalah kabar gembira yang telah lama ditunggu. Warga kerap mengeluhkan polusi debu yang muncul setiap kali konvoi truk tambang melintas, apalagi saat musim kemarau ketika debu beterbangan hingga masuk ke rumah-rumah.

“Pasti masyarakat sangat menyambut baik dan lega akan adanya kabar ini. Mereka sudah menunggu langkah pemerintah untuk mengatasi persoalan debu akibat kendaraan tambang,” kata Cik Ujang.

Tidak hanya debu, larangan angkutan tambang melintas di jalan negara juga diyakini akan mengurangi angka kecelakaan lalu lintas yang sering melibatkan truk besar. Infrastruktur jalan umum pun akan lebih awet karena tidak lagi terbebani tonase berlebih.

Konektivitas dengan Jalur Kereta

Salah satu langkah strategis yang sedang disiapkan adalah menghubungkan jalan khusus tambang dengan jaringan kereta api milik PT. KAI. Menurut Cik Ujang, ini penting agar distribusi batu bara dari tambang ke pelabuhan menjadi lebih efisien dan terintegrasi.

Tinggal kerja sama perusahaan dari Tanjung Enim dan Muara Enim dengan PT. KAI agar bisa terhubung,” jelasnya.

Integrasi ini juga akan mengurangi ketergantungan pada transportasi darat menggunakan truk. Dengan begitu, risiko kerusakan jalan dan polusi udara akan semakin berkurang.

Langkah Tepat Pemprov Sumsel

Instruksi untuk membangun jalan khusus tambang sejatinya bukan keputusan yang diambil dalam semalam. Pemprov Sumsel sudah melakukan kajian cukup lama, mempertimbangkan dampak lingkungan, ekonomi, hingga sosial.

Keputusan ini sekaligus menunjukkan komitmen Pemprov Sumsel dalam menjaga kelestarian lingkungan dan kenyamanan warga, tanpa menghambat produktivitas sektor pertambangan yang menjadi salah satu penopang ekonomi daerah.

Dengan adanya jalan khusus, distribusi batu bara diharapkan menjadi lebih cepat, aman, dan minim gangguan terhadap aktivitas masyarakat umum.

Dampak Positif yang Diharapkan

Jika berjalan sesuai rencana, ada beberapa dampak positif yang diharapkan dari operasional jalan khusus tambang ini:

  1. Mengurangi Polusi Debu
    Debu dari truk tambang selama ini menjadi salah satu sumber keluhan terbesar warga. Jalan khusus yang jauh dari pemukiman akan menekan polusi udara secara signifikan.

  2. Mengurangi Kemacetan dan Kecelakaan
    Truk tambang berukuran besar sering menjadi biang kemacetan, terutama di jalur yang ramai. Dengan jalan khusus, lalu lintas umum akan lebih lancar dan aman.

  3. Memperpanjang Umur Jalan Negara
    Beban berlebih dari angkutan tambang membuat jalan cepat rusak. Dengan memindahkan arus kendaraan berat ke jalur khusus, jalan negara akan lebih awet dan biaya perbaikan bisa ditekan.

  4. Efisiensi Distribusi Batu Bara
    Jalur khusus yang terhubung dengan kereta api dan pelabuhan akan memangkas waktu tempuh serta biaya logistik.

Tantangan yang Harus Diatasi

Meski progresnya positif, proyek jalan khusus tambang ini masih menghadapi beberapa tantangan.

  • Koordinasi Antar Perusahaan
    Jalan khusus hanya efektif jika semua perusahaan tambang berkomitmen menggunakannya. Butuh koordinasi dan kesepakatan bersama untuk menghindari pelanggaran aturan.

  • Pemeliharaan Jalan
    Jalan khusus yang menampung beban berat setiap hari membutuhkan perawatan rutin. Perlu ada pembagian tanggung jawab antara pemerintah dan pihak swasta.

  • Integrasi dengan Moda Transportasi Lain
    Konektivitas dengan jalur kereta harus segera direalisasikan agar distribusi lebih efisien.

Harapan Besar di 2026

Warga Muara Enim dan Lahat kini menaruh harapan besar pada 2026. Mereka ingin melihat truk tambang benar-benar tidak lagi melintas di jalan negara, dan kualitas udara serta keamanan lalu lintas membaik secara signifikan.

Cik Ujang menegaskan bahwa Pemprov Sumsel akan terus mengawal proyek ini hingga benar-benar beroperasi penuh. “Kita akan pantau, kita dorong, dan kita pastikan semua berjalan sesuai rencana,” katanya.

Pembangunan jalan khusus tambang di Sumatera Selatan adalah langkah strategis yang menjawab keluhan warga sekaligus menjaga keberlangsungan sektor tambang. 

Dengan target operasional pada 2026, proyek ini diharapkan membawa perubahan besar, mulai dari udara yang lebih bersih, lalu lintas yang lebih aman, hingga distribusi batu bara yang lebih efisien.

Jika semua pihak mematuhi aturan dan berkolaborasi, bukan tidak mungkin Sumsel akan menjadi contoh sukses bagi daerah tambang lain di Indonesia. 

Jalan khusus ini bukan sekadar infrastruktur, tetapi simbol komitmen pemerintah untuk menghadirkan pertumbuhan ekonomi yang seimbang dengan kualitas hidup masyarakat. **