Beda "diduga" dan "disinyalir" sering bikin bingung pembaca berita. Simak penjelasan lengkapnya agar tak salah tafsir informasi.
Ilustrasi. (*/Mangoci4lawangpost.com)
PERNAH membaca berita kriminal atau politik yang menyebutkan kata "diduga" atau "disinyalir"?
Sekilas keduanya terlihat mirip, bahkan sebagian orang menganggapnya sama.
Padahal, di dunia jurnalistik dan hukum, kedua kata ini memiliki fungsi, makna, dan dampak yang sangat berbeda.
Kesalahan memahami perbedaan ini bisa membuat pembaca salah menafsirkan informasi, bahkan memicu perdebatan di media sosial.
Terlebih di era digital, di mana informasi menyebar dengan cepat, penggunaan kata yang tepat bukan sekadar soal tata bahasa—tapi juga soal etika dan hukum.
Apa Itu "Diduga"?
Kata "diduga" berarti diyakini atau disangka berdasarkan bukti awal yang belum terbukti secara hukum.
Biasanya, kata ini digunakan untuk menegaskan bahwa seseorang masih dalam proses penyelidikan dan belum ada putusan hukum yang final.
Contoh kalimatnya:
"Seorang pria diduga menjadi pelaku pencurian di pasar tradisional."
Di sini, kata "diduga" menunjukkan bahwa orang tersebut belum tentu bersalah, meskipun bukti awal mengarah padanya.
Fungsi Utama Kata "Diduga":
-
Menjaga asas praduga tak bersalah
Hukum di Indonesia menganut prinsip bahwa setiap orang dianggap tidak bersalah sampai terbukti sebaliknya di pengadilan. Menggunakan kata "diduga" membantu media menghindari tuduhan pencemaran nama baik. -
Menunjukkan proses hukum masih berjalan
Dalam berita kriminal, kata ini memberi sinyal kepada pembaca bahwa kasus masih dalam tahap penyidikan. -
Berdasarkan bukti awal yang kuat
Bukti awal bisa berupa keterangan saksi, rekaman CCTV, atau hasil investigasi awal—meskipun belum divonis di pengadilan.
Apa Itu "Disinyalir"?
Berbeda dari "diduga", kata "disinyalir" berasal dari kata sinyal yang berarti isyarat atau indikasi.
Kata ini digunakan saat ada petunjuk atau dugaan yang lebih halus dan belum memiliki bukti konkret yang bisa dibawa ke pengadilan.
Contoh kalimatnya:
"Proyek tersebut disinyalir melibatkan oknum pejabat daerah."
Di sini, "disinyalir" lebih mengarah pada indikasi atau bisik-bisik informasi, bukan bukti fisik.
Fungsi Utama Kata "Disinyalir":
-
Menunjukkan adanya indikasi kuat
Biasanya berasal dari informasi "orang dalam" atau analisis situasi yang belum didukung bukti fisik. -
Sebagai sumber informasi tidak resmi
Sering digunakan saat wartawan mengutip sumber anonim demi melindungi identitas narasumber. -
Bersifat lebih halus daripada "diduga"
"Disinyalir" jarang langsung menunjuk individu, melainkan mengarah ke fenomena atau praktik tertentu.
Tabel Perbandingan "Diduga" vs "Disinyalir"
Aspek | Diduga | Disinyalir |
---|---|---|
Fokus | Tindakan atau peran spesifik seseorang | Petunjuk atau indikasi fenomena |
Dasar | Bukti fisik, keterangan saksi, investigasi | Isyarat, rumor, sumber anonim |
Konteks | Kriminal, hukum | Skandal, politik, isu sensitif |
Tingkat Kepastian | Lebih kuat (bukti awal) | Lebih lemah (spekulatif) |
Mengapa Perbedaan Ini Penting?
Bayangkan Anda membaca berita:
-
"Wali kota diduga terlibat korupsi"
➡ Memberi kesan ada bukti awal yang cukup kuat. -
"Wali kota disinyalir terlibat korupsi"
➡ Lebih kepada kabar yang bersumber dari informasi internal atau rumor yang belum tentu terbukti.
Satu kata bisa memengaruhi persepsi pembaca, opini publik, dan bahkan reputasi seseorang.
Itulah mengapa jurnalis dan penulis berita wajib berhati-hati memilih istilah.
Risiko Salah Menggunakan Istilah
Salah memilih kata bisa berakibat fatal, khususnya bagi media:
-
Risiko hukum → Tuduhan pencemaran nama baik.
-
Kehilangan kredibilitas → Pembaca akan ragu terhadap keakuratan berita.
-
Memicu konflik → Pihak yang diberitakan bisa merasa dirugikan.
Tips Menggunakan "Diduga" dan "Disinyalir" dengan Tepat
-
Gunakan "diduga" saat ada bukti awal yang terverifikasi.
-
Gunakan "disinyalir" saat sumber informasi masih bersifat indikasi atau rumor.
-
Selalu cantumkan sumber meskipun anonim, untuk menjaga transparansi berita.
-
Pahami konteks berita—hukum, politik, kriminal, atau sosial.
Contoh dalam Berita
Diduga:
"Polisi menangkap seorang pria yang diduga sebagai pelaku perampokan minimarket di kawasan Jakarta Selatan."
Disinyalir:
"Proyek pembangunan jembatan tersebut disinyalir bermasalah karena adanya ketidaksesuaian antara anggaran dan hasil di lapangan."
Meski terdengar mirip, "diduga" dan "disinyalir" memiliki perbedaan mendasar dalam hal bukti, konteks, dan kekuatan dugaan.
Di dunia jurnalistik, penggunaan kedua kata ini bukan hanya soal pilihan bahasa, tetapi juga soal etika, akurasi, dan tanggung jawab hukum.
Bagi pembaca, memahami perbedaan ini membantu kita menyaring informasi dengan lebih kritis.
Sedangkan bagi penulis berita, pemilihan kata yang tepat akan menjaga kredibilitas dan menghindarkan dari risiko hukum. **