Empat anggota Polres Muratara resmi dipecat in absentia. Kapolres mencoret foto mereka sebagai simbol komitmen menjaga kehormatan Polri.
DI HALAMAN Mapolres Musi Rawas Utara (Muratara), suasana terasa berbeda pada Kamis, 14 Agustus. Bukan karena perayaan, melainkan momen yang penuh refleksi.
Empat anggota Polres Muratara resmi diberhentikan Tidak Dengan Hormat (PTDH) atas pelanggaran serius, mulai dari desersi hingga dugaan keterlibatan penyalahgunaan narkoba.
Yang membuat momen ini begitu simbolis, mereka tidak hadir secara langsung. Upacara dilakukan in absentia—hanya foto-foto mereka yang berdiri di atas bingkai kayu.
Kapolres Muratara, AKBP Rendy Surya Aditama SIK MH, dengan tegas mencoret foto-foto tersebut satu per satu.
Coretan itu bukan sekadar goresan tinta, melainkan penegasan bahwa Polri tidak akan mentolerir pelanggaran berat yang mencoreng nama institusi.
Makna Simbolis dari Coretan Foto
Biasanya, upacara PTDH dilakukan dengan menghadirkan langsung anggota yang bersangkutan.
Namun kali ini, keempat personel—Brigadir JW, Briptu AW, Brigadir OT, dan Briptu DAS—tidak hadir.
Pihak Polres memutuskan menggunakan foto sebagai simbol kehadiran mereka.
Dengan tangan mantap, Kapolres Rendy mencoret foto-foto tersebut.
Aksi ini menjadi pesan visual yang kuat: pelanggaran berat akan berakhir dengan konsekuensi tegas.
“Pemberhentian ini merupakan bentuk penegakan disiplin. Kami tidak akan mentolerir setiap tindakan anggota yang mencoreng institusi,” tegas Kapolres.
Pelanggaran Berat yang Tidak Bisa Ditawar
Kapolres menjelaskan bahwa keputusan ini bukan diambil secara emosional. Proses evaluasi menyeluruh dilakukan sebelum menjatuhkan PTDH.
Pelanggaran yang dilakukan keempat anggota meliputi:
-
Desersi – Mangkir dari tugas dalam waktu yang panjang tanpa keterangan jelas.
-
Penyalahgunaan Narkoba – Dugaan keterlibatan dalam peredaran atau konsumsi narkotika.
-
Tindak Pidana Lainnya – Pelanggaran yang bertentangan dengan hukum dan kode etik kepolisian.
“Keputusan pemberhentian ini (PTDH) bukanlah suatu hal yang mudah diambil. Namun ini adalah konsekuensi tegas yang harus diterima apabila anggota telah melakukan pelanggaran berat yang merusak citra dan martabat Polri,” ujarnya.
Pesan Tegas untuk Anggota Lain
Dalam amanatnya, Kapolres Rendy juga menyampaikan bahwa momen ini seharusnya menjadi pelajaran bagi seluruh personel.
“Kita harus menjaga sikap, etika, dan loyalitas kepada negara serta institusi. Jadikan ini motivasi untuk lebih baik dalam melaksanakan tugas dan pengabdian,” pesannya.
Ia juga mengingatkan bahwa setiap anggota Polri adalah teladan bagi masyarakat.
Maka, perilaku buruk satu anggota saja bisa merusak kepercayaan publik terhadap seluruh institusi.
Menjaga Marwah Polri di Tengah Sorotan Publik
Kasus ini menjadi bukti nyata bahwa Polri berusaha menegakkan integritas, meski harus menindak anggotanya sendiri.
Publik selama ini menaruh perhatian besar terhadap sikap Polri dalam menangani pelanggaran internal.
Dengan tindakan tegas ini, Polres Muratara mengirimkan pesan bahwa menjaga marwah institusi lebih penting daripada melindungi oknum.
Apalagi, pelanggaran seperti narkoba dan desersi jelas bertentangan dengan sumpah sebagai anggota Polri.
PTDH: Bukan Sekadar Pemecatan
Bagi sebagian orang, PTDH hanya terdengar seperti “pemecatan”. Namun dalam tubuh Polri, PTDH memiliki bobot moral yang besar.
Status “Tidak Dengan Hormat” akan tercatat selamanya, memengaruhi reputasi dan kehidupan mantan anggota yang bersangkutan.
Bahkan, proses menuju PTDH tidak instan.
Ada tahapan pemeriksaan, sidang kode etik, hingga evaluasi menyeluruh. Hal ini untuk memastikan keputusan tersebut benar-benar adil dan sesuai prosedur.
Harapan Kapolres untuk Masa Depan Polres Muratara
Menutup amanatnya, Kapolres Rendy mengajak seluruh personel untuk memperkuat solidaritas positif.
“Kita adalah bagian dari institusi Polri yang harus memberikan contoh teladan yang baik bagi masyarakat. Mari kita sama-sama menjaga nama baik Polres Muratara dan Polri secara keseluruhan,” pintanya.
Ia berharap tidak ada lagi kasus serupa di masa depan. Polres Muratara, menurutnya, harus menjadi contoh kepolisian daerah yang profesional, bersih, dan humanis.
Refleksi, Integritas di Atas Segalanya
Momen ini memang menyisakan rasa miris. Empat anggota yang seharusnya mengemban tugas mulia, justru terjerumus dalam pelanggaran berat.
Namun di sisi lain, tindakan tegas ini menunjukkan bahwa Polri memiliki komitmen memperbaiki diri.
Bagi masyarakat, tindakan seperti ini adalah langkah positif untuk mengembalikan kepercayaan publik.
Sementara bagi anggota yang masih aktif, ini adalah pengingat bahwa seragam Polri bukan sekadar pakaian dinas—tetapi simbol pengabdian dan kehormatan. **