Ilustrasi
JUM'AT pagi yang syahdu di Empat Lawang, Sumatera Selatan. Suara takbir menggema dari berbagai penjuru, menyatu dengan embusan angin lembut yang membawa aroma damai.
Idul Adha 1446 Hijriah pun tiba—hari raya yang bukan sekadar soal menyembelih hewan kurban, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, dan harapan.
Di tanah yang baru saja melewati sebuah fase penting dalam perjalanannya, suasana hari besar ini terasa lebih dari sekadar seremoni keagamaan.
Ia menjadi simbol refleksi bersama, terutama setelah gelombang politik yang mengiringi Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada 2024.
Kabupaten Empat Lawang baru saja menuntaskan sebuah babak penting, PSU yang digelar sebagai koreksi atas proses demokrasi sebelumnya.
Di tengah suhu politik yang sempat menghangat, pasangan Joncik Muhammad dan Arifai akhirnya keluar sebagai pemenang.
Rapat paripurna DPRD pun telah mengesahkan hasil ini, menjadikan Joncik-Arifai sebagai Bupati dan Wakil Bupati terpilih periode 2025–2030.
Namun yang menarik bukan hanya soal kemenangan itu sendiri, melainkan bagaimana masyarakat Empat Lawang menanggapi seluruh prosesnya.
PSU yang berlangsung aman dan tertib, seperti yang dikonfirmasi langsung oleh Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Andi Rian R Djajadi, menjadi cermin kedewasaan demokrasi.
Di tengah segala perbedaan pilihan, warga mampu menahan diri dan menjunjung tinggi nilai musyawarah.
Dan di sinilah titik temu antara politik dan Idul Adha, yakni pengorbanan.
Seperti Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan putranya demi ketaatan kepada Tuhan, masyarakat Empat Lawang juga telah menunjukkan pengorbanan dalam bentuk lain—pengorbanan ego, fanatisme dan mungkin luka hati akibat persaingan politik.
Semuanya dilebur dalam semangat untuk membangun kembali harmoni sosial demi masa depan daerah.
Dalam konteks ini, H Joncik Muhammad dan Arifai bukan hanya pemimpin administratif, tetapi juga simbol harapan.
Harapan bahwa pemerintahan yang baru akan mampu merajut kembali benang-benang persatuan yang sempat terurai.
Bahwa mereka akan menjadikan momentum Idul Adha ini bukan sekadar perayaan, melainkan titik awal untuk melayani dengan hati yang ikhlas dan penuh pengabdian.
Idul Adha 1446 H ini, Empat Lawang bukan hanya mempersembahkan hewan kurban, tetapi juga mempersembahkan semangat baru untuk bersatu, melangkah bersama, dan menata masa depan.
Politik boleh memisahkan dalam bilik suara, tetapi keikhlasan dan pengorbanan menyatukan di tanah lapang tempat shalat Id berjamaah didirikan.
Di atas sajadah doa dan di antara hewan-hewan kurban, masyarakat Empat Lawang diam-diam menyusun harapan: agar tak ada lagi politik yang menyisakan luka, agar kemenangan pemimpin adalah kemenangan semua rakyat.
Dan agar, seperti kisah Nabi Ibrahim, kita semua bisa belajar bahwa setiap pengorbanan yang tulus selalu berujung pada kemuliaan.
Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah. Semoga semangatnya menuntun kita menuju Empat Lawang yang lebih damai, adil, dan sejahtera. (*)