![]() |
Ilustras Berita Viral. |
DALAM era digital saat ini, istilah "viral" menjadi salah satu kata yang sangat familiar dalam dunia jurnalistik dan media massa.
Konten yang viral bisa menyebar dengan sangat cepat, melintasi batas wilayah, bahasa, bahkan budaya.
Namun, apa sebenarnya arti viral dalam konteks jurnalistik, dan bagaimana dampaknya terhadap profesi dan etika jurnalisme?
Apa Itu Viral dalam Dunia Jurnalistik?
Secara sederhana, konten viral adalah jenis konten yang menyebar luas dan cepat, biasanya melalui media sosial atau platform daring lainnya.
Dalam dunia jurnalistik, viralitas mengacu pada penyebaran cepat suatu berita atau informasi yang memicu perhatian publik secara masif, baik dalam bentuk artikel, video, foto, maupun infografik.
Konten bisa menjadi viral karena berbagai alasan, seperti:
- Topik yang kontroversial atau emosional
- Keterlibatan tokoh terkenal
- Keunikan atau kejutan dalam isi berita
- Kekuatan judul yang clickbait
- Respons netizen melalui like, share, komentar, dan reaksi lainnya
Dalam praktiknya, wartawan dan redaksi media seringkali menggunakan strategi tertentu untuk meningkatkan kemungkinan berita mereka menjadi viral, seperti optimasi mesin pencari (SEO), penggunaan tagar populer, atau visualisasi yang menarik.
Viralitas, Pedang Bermata Dua
Viralitas dalam jurnalistik dapat menjadi berkah, sekaligus tantangan:
Kelebihan:
1. Menjangkau audiens luas – Konten yang viral bisa memperkenalkan media atau jurnalis ke khalayak baru.
2. Meningkatkan engagement – Komentar, share, dan like dapat memperluas diskusi publik.
3. Menjadi alat advokasi – Berita viral bisa menyoroti isu-isu sosial penting yang sebelumnya luput dari perhatian publik.
Kekurangan:
1. Mengorbankan akurasi demi kecepatan – Dalam mengejar viralitas, banyak media tergoda untuk mengabaikan verifikasi fakta.
2. Clickbait berlebihan – Judul sensasional tanpa isi substansial merusak kredibilitas jurnalistik.
3. Penyebaran hoaks – Konten yang belum terverifikasi bisa menyebar cepat dan menyesatkan publik.
Contoh Konten Jurnalistik yang Viral
1. Kasus Ferdy Sambo (Indonesia, 2022)
Pembunuhan Brigadir Yosua oleh petinggi Polri, Irjen Ferdy Sambo, menjadi kasus viral di berbagai media daring.
Tidak hanya karena keterlibatan institusi besar, tetapi juga karena drama, manipulasi, dan opini publik yang terus berkembang.
2. Liputan Investigasi “Mata Najwa”
Program talk show Mata Najwa yang membahas isu mafia sepak bola dan ketidakhadiran Ketua PSSI saat diundang ke acara tersebut menjadi viral.
Cuplikan acara menyebar cepat di media sosial dan memicu diskusi luas soal reformasi olahraga Indonesia.
3. Video Mahasiswa UGM Protes saat Kuliah Umum Jokowi (2023)
Aksi seorang mahasiswa yang mengkritik pemerintah di hadapan Presiden Jokowi terekam dalam video dan menjadi viral.
Banyak media langsung mengangkat video tersebut, memunculkan berbagai reaksi dan diskusi mengenai kebebasan akademik.
Strategi Media untuk Membuat Konten Viral
Media saat ini tidak hanya bertugas menyampaikan berita, tetapi juga bersaing dalam "pertarungan perhatian" di dunia digital.
Berikut beberapa strategi yang sering digunakan:
- Judul yang memikat: Penggunaan clickbait, namun tetap relevan dan tidak menyesatkan.
- Visual kuat: Infografis, meme, atau video pendek yang mudah dibagikan.
- Distribusi multiplatform: Penyebaran di berbagai saluran seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan Twitter/X.
- Pemilihan waktu yang tepat: Memposting pada jam aktif audiens.
- Interaksi aktif: Mendorong komentar dan respon dari audiens.
Perlukah Wartawan Mengejar Viralitas?
Dalam era digital, menjadi viral bisa membantu memperkuat visibilitas media dan isu-isu penting, namun bukan berarti tujuan utama jurnalisme adalah menjadi viral.
Tugas utama jurnalis tetap pada menyampaikan kebenaran secara akurat, berimbang, dan dapat dipercaya.
Menjadi viral seharusnya adalah hasil dari kualitas konten dan relevansi isu, bukan dari manipulasi atau sensasi kosong.
Karena pada akhirnya, kredibilitas sebuah media atau wartawan tidak diukur dari berapa banyak orang yang melihat kontennya, tetapi dari seberapa benar dan bermanfaat informasi yang ia sampaikan. **