Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pasar Tidak Merangkul! Dilema Petani Empat Lawang dalam Pemasaran Produk Pertanian

Ilustrasi
SEORANG teman di Empat Lawang, bercerita bagaimana sulitnya menjual hasil panen dari hasil pertanian yang dia tanam di ladangnya. 

Sebut saja hasil panen kedele yang dia budidyakan dan berhasil menghasilkan kurang lebih 300 kwintal kedele dari lahan terbatas yang dia miliki.

Salah satu opsi yang dia lakukan untuk menjual hasil panen kedele itu, dengan menawarkan ke pengusaha tahu tempe. 

Namun ternyata, tak juga ada yang mau memborong hasil panennya itu. Paling, satu pengusaha cuma bersedia membeli 50-100 kilogram. 

Karenanya, dia harus mendatangi pengusaha tahu tempe lain untuk meniual kedele yang dia miliki dan tentu ini cukup merepotkan bagi dirinya.

Sebenarnya, bisa saja dia menjual semua hasil panennya ke toko-toko kelontong. Namun risikonya sudah pasti di bawah harga pasaran dan merugikan bagi dirinya selaku petani.

Hal serupa juga terjadi ketika dirinya menanam tomat dan sayuran. Saat masa panen tomat sekitar 100 kg  per-hari, lalu dia bawa ke pasar, dan kekecewan kembali dia rasaakan. 

Pasar menghargai hasil panennya itu dengan harga murah. Alasannya tentu saja, pasar sudah kelebihan pasokan tomat.

Cerita-cerita tentang keluhan semacam itu dari para petani di Kabupaten Empat Lawang, tentu saja sangat sering kita dengar. 

Karenanya, itu menjadi salah satu alasan mengapa petani-petani di Kabupaten Empat Lawang, malas mengembangkan lahan pertanian untuk satu macam produk pertanian saja.

Rendahnya serapan pasar lokal dan minimnya jaringan pemasaran di tingkat petani, merupakan salah satu masalah yang kini sangat dirasakan para petani kecil di Kabupaten Empat Lawang. 

Mereka kebingungan menjual hasil panen yang melimpah, bukan dibingungkan oleh bibit unggul dan kelangkaan pupuk dan sebagainya. 

Hal itu mungkin terbalik jika petani di Empat Lawang adalah petani-petani elit bermodal besar yang tidak bingung menjual hasil panen, karena sudah memiliki jaringan pasar yang luas. 

Namun faktanya, mayoritas petani di Empat Lawang adalah petani kecil yang masing-masing hanya memiliki lahan terbatas. (*/red)