Legenda Danau Maninjau, Kisah Bujang Sembilan Dikutuk Jadi Ikan

DI SEBUAH perkampungan yang terletak di kaki Gunung Tinjau, hidup sepuluh orang bersaudara yang akrab disapa Bujang Sembilan. Kisah mereka mengajarkan kita tentang pentingnya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain dan menemukan kekuatan dalam pengampunan.

Bujang Sembilan terdiri dari sepuluh bersaudara, dengan Kukuban sebagai sulung dan Sani sebagai yang termuda. Mereka memiliki seorang paman bernama Datuk Limbatang, yang memiliki seorang putra bernama Giran. 

Namun, cinta tumbuh di tempat yang tak terduga ketika Sani dan Giran menemukan perasaan satu sama lain saat Datuk Limbatang berkunjung ke rumah Bujang Sembilan.

Kisah ini mencapai puncaknya pada saat acara adu silat dalam rangka musim panen. 

Kukuban dan Giran, yang sama-sama kuat, saling berhadapan. Meskipun Kukuban awalnya unggul, Giran berhasil menangkis serangannya dan memenangkan pertarungan. Sayangnya, rasa dendam tumbuh dalam hati Kukuban setelah kekalahan ini.

Dalam keadaan sulit, Datuk Limbatang datang untuk meminang Sani, tetapi Kukuban menolak dengan alasan luka yang dideritanya akibat pertarungan dengan Giran. Keputusan ini memilukan hati Sani dan Giran.

Namun, cinta mereka tetap kuat, dan mereka bertemu di ladang untuk mencari jalan keluar. Namun, keadaan memburuk saat sepotong ranting berduri melukai Sani. Giran dengan penuh kasih mengobati lukanya dengan daun obat yang dia ramu.

Ketika puluhan orang muncul dan menuduh mereka melakukan perbuatan terlarang, Sani dan Giran berusaha membela diri. Namun, tak ada yang mendengarkan mereka, dan mereka diarak menuju puncak Gunung Tinjau.

Di ambang hukuman, Giran berdoa dengan tulus. Jika mereka bersalah, dia siap untuk mengorbankan dirinya di dalam kawah gunung. Tetapi jika mereka tidak bersalah, dia memohon agar gunung itu meletus dan mengutuk Bujang Sembilan menjadi ikan. Dengan penuh keyakinan, Sani dan Giran melompat ke dalam kawah.

Tiba-tiba, gunung itu meletus dengan hebat, menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya. Bujang Sembilan berubah menjadi ikan, dan kawah yang terbentuk akhirnya menjadi Danau Maninjau.

Kisah ini mengajarkan kita pesan moral yang mendalam: jangan berprasangka buruk terhadap orang lain dan jangan menyimpan dendam. 

Tindakan seperti itu hanya akan merugikan diri kita sendiri. Dan, terkadang, pengampunan dan kebaikan hati dapat menciptakan keajaiban yang tak terduga dalam kehidupan kita. 

Danau Maninjau adalah saksi bisu dari kisah yang menginspirasi ini, mengajarkan kita tentang pentingnya toleransi dan pengampunan dalam hidup kita.(*)