Wajib Pramuka! Ini Alasan Mengejutkan Kenapa Sekolah Harus Ikut Tren Baru Pendidikan

Ilustrasi. (*Mangoci4lawangpost.com)

Pramuka Kembali Wajib di Sekolah: Kebijakan Baru, Semangat Lama

MULAI tahun ajaran baru 2025/2026, siswa Indonesia wajib mengikuti ekstrakurikuler Pramuka. 

Hal ini resmi tercantum dalam Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).

Kebijakan ini bukan sekadar formalitas. Menteri Abdul Mu’ti menyatakan bahwa ekstrakurikuler Pramuka kini menjadi bagian penting dari pendekatan baru yang disebut deep learning atau pembelajaran mendalam. 

Di balik seragam cokelat dan kegiatan kemah, ada strategi besar untuk membentuk generasi muda Indonesia yang disiplin, kreatif, dan punya jiwa kepemimpinan tinggi.

Apa sebenarnya yang mendorong pemerintah menghidupkan kembali Pramuka sebagai ekskul wajib? Dan bagaimana hal ini berkaitan erat dengan masa depan pendidikan di Indonesia?

Lebih dari Sekadar Berkemah: Makna Deep Learning

Deep learning bukan hanya istilah yang populer di dunia kecerdasan buatan. Dalam konteks pendidikan, istilah ini merujuk pada metode pembelajaran yang lebih bermakna, reflektif, dan berbasis pengalaman nyata.

Alih-alih menghafal pelajaran, siswa didorong untuk memahami makna, menghubungkan pelajaran dengan dunia nyata, serta mengembangkan soft skill seperti empati, kolaborasi, dan daya juang. 

Di sinilah peran ekstrakurikuler Pramuka menjadi vital.

"Pramuka itu adalah bagian dari kegiatan ekstrakurikuler yang membentuk jiwa kepemimpinan, rasa cinta Tanah Air, kedisiplinan, dan kreativitas, yang semuanya menjadi bagian penting dalam mendukung keberhasilan pendidikan," ujar Abdul Mu’ti.

Permendikdasmen 13/2025: Apa Saja yang Diatur?

Regulasi terbaru ini merupakan penyempurnaan dari Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum. 

Perubahan paling menonjol terletak pada kewajiban sekolah menyediakan minimal satu kegiatan ekstrakurikuler bagi seluruh siswa. 

Pilihan utama yang disarankan adalah Pramuka atau kegiatan kepanduan lainnya.

Selain Pramuka, Permendikdasmen 13/2025 juga mengakui jenis ekskul lain seperti:

  • Krida

  • Karya ilmiah

  • Pelatihan olah bakat dan minat

  • Keagamaan

  • Kegiatan sosial dan kebudayaan

Namun, penekanan pada Pramuka dinilai penting karena sifatnya menyeluruh: fisik, mental, spiritual, dan sosial. 

Ekskul ini mencakup aspek yang tidak mudah dijangkau oleh pelajaran di dalam kelas.

Membangun Karakter, Bukan Sekadar Nilai

Dalam dunia yang makin digital dan cepat berubah, kemampuan akademik saja tidak cukup. 

Pramuka hadir untuk melengkapi pendidikan formal dengan pengalaman nyata. Misalnya:

  • Menjadi pemimpin regu melatih tanggung jawab.

  • Mengikuti kegiatan alam terbuka membangun ketahanan fisik dan mental.

  • Menyusun program kerja regu melatih perencanaan dan manajemen waktu.

Lebih dari itu, Pramuka menanamkan nilai-nilai heroisme

Menurut Mu’ti, penanaman nilai heroisme di masa kini tidak hanya dengan angkat senjata, tapi melalui semangat untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa.

Pendidikan Karakter Lewat Kegiatan Nyata

Pramuka adalah jalan untuk menanamkan nilai tanpa menggurui. Dalam kegiatan lapangan, murid belajar secara langsung bagaimana:

  • Bekerja sama dengan tim

  • Bertahan dalam situasi sulit

  • Menjaga lingkungan hidup

  • Menghargai budaya lokal

  • Menyelesaikan konflik dengan kepala dingin

Semua ini tidak bisa diajarkan lewat lembar kerja atau presentasi PowerPoint. 

Harus melalui interaksi langsung dan pengalaman hidup, sesuatu yang ditawarkan penuh oleh kegiatan kepramukaan.

Relevansi Pramuka di Era Modern

Mungkin sebagian orang masih memandang Pramuka sebagai kegiatan kuno, ketinggalan zaman, dan tidak relevan di era digital. 

Namun nyatanya, banyak nilai-nilai yang tetap relevan bahkan makin dibutuhkan, seperti:

  • Ketangguhan mental menghadapi tekanan sosial

  • Kecakapan komunikasi dalam tim dan komunitas

  • Rasa tanggung jawab sosial dalam penggunaan teknologi

  • Kepemimpinan beretika di tengah arus informasi bebas

Dengan pendekatan yang diperbarui dan metode yang kreatif, Pramuka bisa menjadi wahana pengembangan diri yang keren dan membanggakan, bahkan di mata generasi Z dan Alpha.

Dukungan dari Sekolah dan Guru

Implementasi kebijakan ini tentu tak lepas dari dukungan sekolah. 

Kepala sekolah, guru, serta pembina ekstrakurikuler harus ikut mengambil peran aktif. 

Mereka tak hanya menyiapkan jadwal atau seragam, tapi juga menciptakan suasana yang menyenangkan, inklusif, dan menantang.

Kurikulum pembelajaran mendalam hanya bisa berhasil jika semua pihak merasa terlibat. 

Artinya, sekolah tak bisa asal formalitas dalam menjalankan ekskul wajib ini.

Tantangan dan Harapan

Tentu saja ada tantangan di lapangan:

  • Tidak semua sekolah punya pembina Pramuka bersertifikat.

  • Tidak semua wilayah punya akses fasilitas untuk kegiatan alam.

  • Ada sekolah yang belum mengintegrasikan ekskul dalam jadwal resmi.

Namun dengan komitmen dan kerja sama lintas pihak—termasuk pemerintah daerah dan organisasi kepramukaan—kebijakan ini bisa menjadi tonggak baru revolusi pendidikan karakter di Indonesia.

Pramuka Bukan Beban, Tapi Investasi Masa Depan

Kewajiban mengikuti Pramuka bukanlah beban tambahan bagi siswa. 

Justru ini merupakan peluang emas untuk mengalami pendidikan yang lebih menyeluruh, lebih manusiawi, dan lebih bermakna.

Lewat kegiatan Pramuka, siswa bukan hanya belajar tentang simpul tali atau semaphore, tapi juga belajar memimpin, bertanggung jawab, dan mencintai Indonesia.

Jadi jika kamu orang tua, guru, atau siswa yang masih ragu, inilah saatnya membuka mata dan melihat bahwa Pramuka adalah bagian penting dari masa depan pendidikan kita.


Tertarik membahas lebih banyak kebijakan pendidikan? Jangan lupa bookmark blog ini dan bagikan artikel ini ke teman-temanmu yang peduli masa depan Indonesia! **