Sejumlah guru dan siswa Sekolah Rakyat di Medan hingga Ponorogo mundur. Apa yang sebenarnya terjadi? Ini penjelasan lengkapnya!
![]() |
Ilustrasi. (*/Mangoci4lawangpost.com) |
FENOMENA mundurnya sejumlah guru dan siswa dari Sekolah Rakyat belakangan ini mulai menarik perhatian publik.
Tak hanya terjadi di satu daerah, kasus serupa ditemukan di beberapa wilayah seperti Medan dan Ponorogo.
Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah program Sekolah Rakyat yang digagas oleh Kementerian Sosial mulai kehilangan arah?
Berikut ulasan lengkapnya—mengulas dari sisi guru, siswa, hingga penjelasan langsung dari Menteri Sosial, Syaifullah Yusuf.
Dua Guru Agama Mundur dari SRMP 2 Medan
Di Sumatera Utara, tepatnya di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 2 Medan, dua guru agama memilih mengundurkan diri dari tugas mengajar.
Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Kepala Sekolah SRMP 2 Medan, Maragoti, saat ditemui di Kantor Kementerian Sosial Sentra Bahagia, Kota Medan, Rabu (6/8/2025).
Alasan pengunduran diri dua guru ini bukan karena masalah gaji atau lingkungan kerja, melainkan karena persyaratan sertifikasi guru.
“Jadi, salah satu persyaratan untuk mendapat sertifikasi itu harus mengajar 24 jam dalam seminggu,” ungkap Maragoti.
BACA JUGA: Gak Cocok Pakai Retinol? Ini 6 Cara Ampuh Hilangkan Kerutan Tanpa Iritasi!
Masalahnya, di SRMP 2 Medan, setiap guru hanya mendapatkan beban mengajar 3 jam per kelas per minggu. Dengan total hanya 4 kelas, waktu mengajar dalam seminggu hanya mencapai 12 jam, separuh dari target sertifikasi.
Fokus Sekolah Bukan Pada Target Jam, Tapi Karakter
Berbeda dengan sekolah formal pada umumnya, SRMP 2 Medan belum menerapkan sistem pembelajaran penuh.
BACA JUGA: Tak Perlu Pewangi Mahal! Begini Cara Hilangkan Bau Badan di Baju Cuma Pakai Cuka
Fokus utama sekolah ini adalah pengembangan karakter siswa, bukan sekadar jam pelajaran atau kurikulum akademik ketat.
SRMP 2 Medan saat ini memiliki 13 guru dan 1 kepala sekolah, dengan sistem belajar yang lebih fleksibel.
Namun justru fleksibilitas inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi para guru yang ingin mengejar karier dengan dukungan sertifikasi resmi.
Siswa Mundur di Sekolah Rakyat Ponorogo
Tak hanya guru, masalah juga muncul dari sisi peserta didik. Di Sekolah Rakyat Terintegrasi 5 Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, tercatat adanya penurunan jumlah siswa.
Dari awalnya 125 siswa, kini hanya 119 siswa yang aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Fenomena ini ternyata tak hanya terjadi di Ponorogo. Menteri Sosial Syaifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul, menyebutkan bahwa secara nasional ada 115 siswa yang memilih mundur dari Sekolah Rakyat.
Apa Alasan Siswa Mundur?
Gus Ipul menegaskan bahwa keputusan siswa untuk mundur tidak serta-merta ditanggapi negatif.
Sebaliknya, pihak Kemensos memahami bahwa masing-masing siswa memiliki alasan pribadi yang kuat.
“Anaknya kangen orang tua, nggak betah di asrama, ya kita nggak bisa maksa,” jelasnya.
Pihak Kemensos sendiri melakukan dialog terlebih dahulu dengan pihak keluarga.
Bila siswa tetap ingin mundur, mereka langsung digantikan dengan siswa lain yang sebelumnya sudah masuk dalam daftar antrean.
Menariknya, Kemensos tidak membuka pendaftaran ulang, karena jumlah pendaftar sudah sangat banyak sejak awal.
Guru Mundur? Kemensos: Bukan Mundur, Tapi Tidak Memenuhi Panggilan
Fenomena guru yang tidak melanjutkan pengabdian di Sekolah Rakyat pun mendapat sorotan.
Namun Gus Ipul enggan menyebut mereka “mundur”. Ia lebih suka menggunakan istilah “tidak memenuhi panggilan.”
“Sebelum mendaftar, mereka sudah tandatangani komitmen. Tapi saat dipanggil dan lulus, tidak hadir. Itu pilihan mereka,” tegasnya.
143 Guru Tak Hadir, Ini Alasannya
Dari total 1.400 guru yang diterima untuk mengajar di berbagai Sekolah Rakyat di Indonesia, 143 orang tidak memenuhi panggilan.
Gus Ipul menjelaskan bahwa fenomena ini bisa dimaklumi karena berbagai alasan, antara lain:
-
Sudah diterima sebagai PPPK di Pemerintah Daerah
-
Lokasi penempatan dianggap terlalu jauh
-
Sekolah tempat mereka ditempatkan belum beroperasi
Namun, Gus Ipul memastikan bahwa untuk setiap guru yang tidak memenuhi panggilan, sudah ada cadangan guru yang siap menggantikan sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran (mapel) masing-masing.
Tantangan Sistem Baru di Sekolah Rakyat
Sekolah Rakyat adalah inisiatif terobosan yang digagas oleh Kementerian Sosial untuk memberikan pendidikan alternatif berbasis nilai dan karakter. Namun, sistem ini masih dalam tahap penyesuaian.
Beberapa tantangan yang muncul antara lain:
-
Sistem belajar yang belum normal seperti sekolah umum
-
Keterbatasan jam belajar dan ketersediaan guru
-
Siswa yang belum siap tinggal di asrama
-
Guru yang memiliki ambisi pribadi untuk sertifikasi atau karier di tempat lain
Menjawab Tantangan: Harus Fleksibel Tapi Tegas
Bagi Kemensos, fleksibilitas menjadi kunci utama dalam menjalankan Sekolah Rakyat.
Namun itu tidak berarti tanpa aturan. Komitmen tetap menjadi dasar kerja sama antara Kemensos, guru, siswa, dan orang tua.
Gus Ipul menegaskan bahwa pihaknya terus berkomitmen untuk:
-
Menjaga mutu pendidikan karakter
-
Memberi ruang bagi siswa yang benar-benar siap
-
Menyediakan pengganti guru atau siswa yang mundur
-
Menghormati keputusan individu yang memilih jalan lain
Sekolah Rakyat Bukan untuk Semua Orang
Sekolah Rakyat memang bukan tempat untuk semua orang. Program ini dirancang untuk mereka yang memiliki komitmen tinggi, siap belajar dan mengajar dalam sistem yang berbeda dari sekolah formal biasa.
Bagi guru yang mengejar sertifikasi, sistem SR bisa menjadi tantangan. Bagi siswa yang belum siap hidup mandiri di asrama, bisa terasa berat.
Tapi bagi mereka yang bertahan, Sekolah Rakyat adalah tempat tumbuhnya karakter tangguh, disiplin, dan penuh empati.
Mundurnya guru dan siswa dari Sekolah Rakyat memang fakta yang tidak bisa dihindari. Tapi itu bukan tanda kegagalan.
Justru di situlah terlihat siapa yang benar-benar siap untuk berjuang di jalur pendidikan alternatif.
Sekolah Rakyat mungkin tidak sempurna, tapi dengan niat baik dan perbaikan terus-menerus, program ini berpotensi menjadi solusi bagi generasi yang membutuhkan pendidikan berbasis karakter—yang selama ini sering diabaikan.
Jika kamu ingin bergabung atau mengenal lebih dekat Sekolah Rakyat, pastikan kamu siap. Karena ini bukan hanya tentang belajar dan mengajar, tapi tentang membangun jiwa dan masa depan. **