12,5 Juta Siswa Dapat Cek Kesehatan Gratis! Program Kemenag Ini Bikin Sekolah Agama Makin Sehat

Kementerian Agama RI luncurkan program cek kesehatan gratis untuk 12,5 juta siswa madrasah, pesantren, dan sekolah keagamaan lainnya. Inilah strategi pemerintah menanamkan budaya hidup sehat sejak dini!

Ilustrasi. (*/Mangoci4lawangpost.com)

BAYANGKAN
lebih dari 12 juta siswa dari berbagai latar belakang keagamaan mendapatkan layanan kesehatan secara cuma-cuma. Inilah gebrakan baru dari Kementerian Agama (Kemenag) RI yang diluncurkan langsung oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, Senin (4/8/2025) di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Jakarta Barat.

Langkah ini bukan sekadar program medis biasa. Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang menyasar siswa madrasah, santri pesantren, hingga peserta didik Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha ini menjadi langkah strategis dalam membangun budaya hidup sehat di dunia pendidikan keagamaan.

Angka yang Fantastis: Lebih dari 12,5 Juta Siswa Terlibat

Dalam paparannya, Nasaruddin menyebutkan angka yang cukup mengejutkan: 12.548.995 siswa di bawah naungan Kemenag menjadi sasaran program CKG ini. Mereka terdiri dari:

  • 9.179.847 siswa madrasah (MI, MTs, MA)

  • 3.339.536 santri pesantren

  • 18.090 siswa pendidikan Kristen

  • 7.032 siswa pendidikan Katolik

  • 3.421 siswa Hindu (Widyalaya)

  • 1.069 siswa Buddha (Dhammasekha Formal)

Jumlah ini mencerminkan keragaman sekaligus keseriusan pemerintah dalam memperhatikan kesehatan generasi muda Indonesia, tanpa memandang agama atau asal institusi pendidikan.

Program Lintas Agama: Semua Dipastikan Terlayani

Dalam pernyataan tegasnya, Menag Nasaruddin menekankan bahwa program ini tidak boleh diskriminatif. Semua lembaga pendidikan keagamaan, dari madrasah hingga Dhammasekha, wajib mendapat layanan yang sama.

“Tidak boleh kami meninggalkan satu orang pun di antara anak-anak bangsa Indonesia,” tandas Nasaruddin, yang juga dikenal sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal.

Mengapa Program Ini Penting?

Kesehatan seringkali menjadi sektor yang luput dari perhatian lembaga pendidikan keagamaan. Santri dan siswa madrasah banyak yang tinggal di lingkungan asrama dengan fasilitas terbatas. Deteksi dini terhadap gangguan penglihatan, masalah gizi, atau penyakit menular bisa menjadi game changer bagi kualitas pendidikan.

Dengan adanya CKG, para siswa akan menjalani pemeriksaan:

  • Berat dan tinggi badan

  • Tekanan darah

  • Pemeriksaan mata

  • Riwayat penyakit bawaan

  • Kondisi kebersihan diri

Inilah wujud pendekatan menyeluruh (holistik) antara pendidikan dan kesehatan, yang digagas Kemenag secara nasional.

Peran Guru dan Tenaga Pendidik Sangat Vital

Menag tidak hanya ingin program ini berjalan administratif. Ia meminta peran aktif dari semua pihak, terutama guru, kepala sekolah, hingga pengelola pesantren. Bahkan ruang kelas dan aula pun harus siap disulap menjadi pos pemeriksaan.

“Tidak hanya menyiapkan ruang kelas dan aula sebagai tempat pemeriksaan, tetapi juga menyediakan alat ukur tinggi badan, timbangan, dan lembar pemeriksaan penglihatan,” jelas Nasaruddin.

Kesiapan teknis ini diharapkan bisa memperlancar program, agar tidak ada satu pun siswa yang terlewat.

Instruksi Tegas untuk Kanwil dan Depag

Menag juga mengeluarkan peringatan keras. Setiap Kantor Wilayah (Kanwil) dan Departemen Agama (Depag) di daerah wajib melaksanakan program ini secara optimal. Bila ada peserta didik yang tak terlayani, maka kesalahan akan dibebankan pada pejabat struktural.

“Kalau nanti saya tahu ada sekolah atau anak didik yang tidak mendapatkan pemeriksaan, itu bukan salah anaknya, tapi salah kepala Kanwil dan Depagnya,” ujarnya lantang.

Pernyataan ini menjadi penegasan bahwa program CKG bukan sekadar simbolik, melainkan prioritas nasional yang harus dijalankan serius.

Menanamkan Gaya Hidup Sehat Sejak Dini

Lebih dari sekadar data dan laporan, tujuan utama CKG adalah menanamkan kebiasaan hidup sehat sejak kecil. Dengan terbiasa diperiksa secara berkala, siswa akan belajar pentingnya menjaga tubuh dan mengenali tanda-tanda penyakit sejak dini.

Bagi para pengelola sekolah dan pesantren, program ini juga bisa menjadi momentum untuk meningkatkan standar fasilitas kesehatan internal, seperti ketersediaan UKS (Unit Kesehatan Sekolah), alat P3K, dan protokol darurat medis.

Manfaat Jangka Panjang: Kesehatan = Masa Depan Cerah

Anak-anak yang sehat punya peluang lebih besar untuk menyerap pelajaran dan berkembang optimal. Dengan kondisi tubuh prima, mereka:

  • Lebih fokus belajar

  • Jarang absen karena sakit

  • Mudah berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler

  • Meningkatkan semangat belajar di pesantren maupun madrasah

Bagi negara, ini merupakan investasi jangka panjang. Kesehatan peserta didik hari ini menentukan kualitas generasi penerus bangsa.

Langkah Nyata di Pesantren Asshiddiqiyah: Bukti Komitmen Awal

Peluncuran program CKG di Ponpes Asshiddiqiyah, Kedoya Utara, Jakarta Barat, menjadi simbol dimulainya aksi nyata di lapangan. Pesantren ini dikenal sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam dengan ribuan santri yang cukup aktif dalam program-program nasional.

Dengan disaksikan langsung oleh Menteri Agama, para santri di pesantren ini menjadi kelompok pertama yang menjalani proses pemeriksaan menyeluruh.

Apa yang Bisa Kamu Lakukan Sebagai Guru atau Orang Tua?

Jika kamu adalah guru, tenaga pendidik, atau orang tua yang punya anak di madrasah atau pesantren, kamu bisa ikut berperan dalam menyukseskan CKG:

  • Pastikan lembagamu terdaftar dan aktif dalam program

  • Sosialisasikan manfaat CKG kepada wali murid dan siswa

  • Siapkan ruang, alat, dan logistik pendukung

  • Laporkan bila ada kendala ke Kanwil atau Depag setempat

Program ini tidak hanya milik pemerintah. Kesuksesannya ditentukan oleh kolaborasi semua pihak.


Penutup: Ketika Agama, Pendidikan, dan Kesehatan Berjalan Seiring

Langkah Kemenag RI meluncurkan program Cek Kesehatan Gratis bukan sekadar pencitraan. Ini adalah perwujudan nyata bahwa negara hadir untuk semua anak bangsa, termasuk mereka yang belajar di sekolah-sekolah keagamaan.

Dengan cakupan lintas agama, pendekatan menyeluruh, dan instruksi yang jelas ke bawah, CKG berpotensi menjadi model nasional dalam pelayanan kesehatan pendidikan.

Jika program ini berhasil, bukan mustahil Indonesia memiliki generasi muda religius sekaligus sehat dan tangguh. Sebuah investasi yang hasilnya akan kita petik bersama, 10 hingga 20 tahun ke depan. **