Uang Bisa Bikin Cinta Berantakan! Yuk Simak Cara Menghindari Perilaku Keuangan Toksik dalam Hubungan
Ilustrasi |
Apalagi jika ada perilaku keuangan toksik yang merugikan salah satu atau kedua belah pihak.
Perilaku keuangan toksik adalah perilaku yang tidak sehat, tidak adil, atau tidak bertanggung jawab dalam mengelola keuangan bersama.
Perilaku ini dapat merusak hubungan, menimbulkan rasa tidak nyaman, dan mengancam kesejahteraan finansial pasangan.
Lalu, bagaimana cara mengenali dan menghindari perilaku keuangan toksik dalam hubungan? Artikel ini akan membahas tiga contoh perilaku keuangan toksik yang sering terjadi dan memberikan tips untuk mengatasinya. Simak ulasan berikut ini!
1. Ketidaktransparan dalam Keuangan
Salah satu perilaku keuangan toksik yang sering terjadi adalah ketidaktransparan dalam keuangan.
Ketika salah satu pasangan menyembunyikan transaksi keuangan, seperti membeli barang mewah atau mengajukan pinjaman tanpa persetujuan pasangan, hal ini dapat menciptakan rasa curiga dalam hubungan.
Pasangan yang tidak transparan mungkin memiliki alasan tersendiri, seperti ingin memberi kejutan, takut dimarahi, atau malu mengakui kesalahan.
Namun, perilaku ini dapat menimbulkan masalah yang lebih besar, seperti ketidakpercayaan, kekecewaan, atau bahkan pengkhianatan.
Oleh karena itu, penting bagi pasangan untuk saling berkomunikasi, membangun kepercayaan, dan membuat keputusan keuangan bersama agar dapat mencapai tujuan keuangan yang sehat dan hubungan yang harmonis.
Ingat! Setiap keputusan keuangan perlu dicapai berdasarkan kesepakatan dan dikomunikasikan secara transparan.
Jangan ragu untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan, seperti pendapatan, pengeluaran, utang, tabungan, investasi, atau rencana masa depan.
Dengan begitu, pasangan dapat saling mendukung, menghormati, dan menghargai keputusan keuangan satu sama lain.
2. Ketidaksetaraan dalam Hal Keuangan
Perilaku keuangan toksik lainnya adalah ketidaksetaraan dalam hal keuangan. Perilaku ini terjadi ketika salah satu pasangan mendominasi atau membatasi keuangan pasangan lainnya.
Misalnya, suami yang tidak mengalokasikan dana yang cukup untuk kebutuhan hidup istri, atau istri yang menyimpan semua aset keuangan dalam rekening pribadi sehingga suami tidak memiliki akses keuangan.
Akibatnya, pasangan yang terbatasi tidak memiliki kebebasan dalam mengelola keuangan dan kehilangan kemandirian finansial.
Perilaku ini dapat menciptakan ketidaksetaraan dan merusak kepercayaan dalam hubungan.
Ingat, tujuan bersama perlu dicapai dengan kerja sama, dalam hal mencapai tujuan keuangan juga perlu rasa saling percaya dalam berkomunikasi dan berbagi tugas.
Membangun hubungan yang setara dalam hal keuangan akan membuat pasangan merasa dilibatkan dalam upaya mencapai tujuan bersama.
Pasangan dapat membuat kesepakatan bersama mengenai alokasi keuangan, seperti berapa persen dari pendapatan yang dialokasikan untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan, investasi, atau hiburan.
Pasangan juga dapat membuka rekening bersama untuk mengelola keuangan bersama, namun tetap memiliki rekening pribadi untuk kebutuhan pribadi.
3. Perilaku Boros atau Tidak Bertanggung Jawab
Perilaku keuangan toksik selanjutnya adalah perilaku boros atau tidak bertanggung jawab.
Perilaku ini terjadi ketika salah satu pasangan cenderung boros, misalnya membeli barang-barang yang tidak perlu, menghambur-hamburkan uang untuk hobi, atau berjudi.
Sementara itu, pasangan lainnya merasa khawatir dan cemas terhadap stabilitas keuangan mereka.
Perbedaan pandangan dan perilaku keuangan seperti ini dapat menimbulkan masalah, seperti pertengkaran, ketidakpuasan, atau bahkan perceraian.
Oleh karena itu, pasangan perlu selaras dalam hal menyikapi uang.
Susunlah kesepakatan bersama mengenai anggaran dan skala prioritas keuangan, selanjutnya implementasikan secara konsisten dan bertanggung jawab agar tujuan keuangan bersama dapat tercapai.
Jika pasangan memiliki perbedaan pendapatan, pasangan dapat menyesuaikan kontribusi keuangan mereka sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Jika pasangan memiliki perbedaan gaya hidup, pasangan dapat menghormati pilihan masing-masing, namun tetap menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan. (*/red)